puisi yang tak mungkin fiksi


semilirnya angin pantai serasa mengundangku tuk menyusuri butiran lembut pasirnya. deburan ombak yang memecah batuan karang menggodaku tuk segera larut bercengkrama dengan sapuan buihnya. nyiur kelapa melambai seakan mengajak berkenalan.uuh, bener2 tak bisa dilukiskan bagaimana eksotisnya pemandangan di sore ini. Rasanya tak sabar aku ingin melepaskan segala penatku di hamparan lautan yang membiru.

senyum yang merekah serta gelak tawa yang renyah tersirat dibawah mata elang yang indah. Seperti anak kecil yang baru saja bisa berjalan. kadang berlari mengejar ombak, kadang pula melompat kecil tuk menghindarinya. bukan ia takut basah, hanya saja sedang berusaha mengakrabi desiran pasir yang berkolaborasi dengan sapuan ombak. terasa berjalan walau terdiam.

tak ada kata bosan untuk melihat hamparan birunya lautan. selalu saja menyisakan sebongkah kenangan. sebuah masterpiece yang menjadi dambaan para sastrawan.
lukisan senja yang menawan. tampak kebiruan bertahta orange keemasan. masa transisi antara siang dan malam. moment indah yang pantas tertoreh dalam kanvas seorang seniman.

senja pun beranjak, berpayung dibawah langit malam yang pekat,  lambat laun terdengar kumandang iqamat dari surau terdekat, kamipun segera merapat ke darat. saatnya untuk menghadap Sang Maha Hebat dalam tiga rakaat . kaum muslimin tunaikan ibadahnya dngan penuh rasa khidmat. setelah shalat, kamipun melanjutkan perjalanan. malam itu arus lalu lintas terlihat begitu padat, hingga kami pun tak bisa melaju dengan cepat. sembari menatap langit yang gelap, kulihat ia menoleh kebelakang dengan senyumannya yang hangat, seraya berucap :

biar lambat asal selamat :) . thanks.

Tidak ada komentar on "puisi yang tak mungkin fiksi

Leave a Reply

Blogroll