BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kata
setan diantaranya adalah bermkna jin yang kafir. Namun, pertanyaan tetap
muncul, antara lain apa atau siapakah yang dimaksud dengan setan? Dalam makalah
ini akan sedikit membahas tentang setan. Walaupun setan boleh jadi salah satu
nama yang paling populer di kalangan ummat beragama, bahkan yang tdak beragama
sekalipun. Mendengar nama ini, aneka dan puncak kejahatan serta keburukan.
Manusia
tidak harus merujuk ke kamus-kamus bahasa atau mencari kata-kata hikmah dan
penjelasan dari siapapun untuk mengetahui secara umum sifat-sifatnya karena
kata itu telah dipahami oleh manusia sebagai lambang kejahatan atau bahkan
wujud kejahatan sehingga ia bagaikan sesuatu yang bersifat indrawi dan nyata,
bukan imajinatif dan abstrak.
Penggunaan
kata “setan” pada masa ini, sudah sangat umum dan lazim digunakan seperti
istilah “kesetanan”. Kedua kata ini digunakan baik yang beragama maupun yang
tidak beragama, walau dengan makna yang berbeda dalam agama dan sedikit berbeda
dengan pengertian yang hakiki.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Arti
dan pengertian setan.
Dalam bahasa Arab, kata syaithan di
ambil dari kata “Syathana” yang mengandung makna jauh, sesat, berkobar,
dan terbakar serta ekstrem.
Dalam kamus Misbah al-Munir
disebutkan bahwa kata syaithan boleh jadi diambil dari akar kata Syathana
yang berarti jauh karena jauh dari kebenaran atau menjauh dari rahmat Allah.
Boleh jadi juga ia terambil dari kata syaatha dalam arti melakukan
kebathilan atau terbakar.
Dari segi bahasa dijelaskan bahwa
semua yang membangkang, baik jin, manusia dan binatang dinamakan dengan setan.
Setan juga tidak terbatas pada manusia atau jin, tapi juga dapat berarti pelaku
sesuatu yang buruk atau tidak menyenangkan, atau sesuatu yang buruk dan
tercela, syaithan juga merupakan lambang kejahatan dan keburukan.[1]
Dalam
pegertian umum, syaithan adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah, yang
dengan izin Tuhan pekerjaanya sehari-hari menggoda manusia dan menggelincirkan
mereka dari jalan yang lurus kejalan kekafiran, kedzaliman, dan kejahatan dan
sebagainya. Dalam menjalankan pekerjaanya setan menyusupi manusia dan jin,
sehingga ada syaithan dari jenis manusia dan jenis jin.[2]
B.
Godaan
Setan.
Ada
beberapa istilah yang digunakan dalam al-Qur’an untuk menggambarkan bisikan
atau godaan syaithan, antara lain (نزغ) (مسّ) (وسوسة) (همز.
Kata
Nazg mengandung makna gangguan,tetapi ada jarak antara yang mengganggu
dan yang diganggu, berasal dari setan bisikannya kedalam hati menimbulkan
dorongan negatif sehingga menjadikan manusia mengalami suatu kondisi psikolog
yang mengantarnya melakukan tindakan yang tidak terpuji. Ini berbeda dengan mass
yang bermakna menyentuh tapi sangat halus dan boleh jadi tidak terasa.[3]
Jin
yang kafir, jahat dan menjadi syaithan disebut iblis. Berbahaya bagi manusia
karena sebagai makhluk halus dapat membujuk manusia melalui batin dan jiwa
manusia, tidak tampak tapi menimbulkan was-was (kata-kata yang sangat
halus). Manusia jahat dapat bertindak sebagai syaithan bagi manusia lainnya,
bisa lebih berbahaya, karena bukan saja bujukan syaithan itu jelas dari mana
datangnya, tapi perbuatan syaithaniyah itu dapat berupa perbuatan fisik,
ancaman kekerasan, rangsangan nyata, godaan nafsu, penyuapan, dan lainnya yang
nyata secara fisik.
Hawa
nafsu manusia cenderung pada kejahatan, karena itu syaithan berusaha melalui
nafsu manusia untuk menyeret dia berbuat kejahatan. Sebaliknya akal manusia
cenderung kepada kebaikan. Maka dengan akal manusia harus berusaha
menanggulangi godaan dan bujukan syaithan, jangan sampai akal tersebut tidak
berfungsi, disebabkan mabuk, atau letih karena banyak bekerja. Karena akallah
yang dapat mengajak manusia waspada dan mengingat serta memohon perlindungan
Allah dari godaan syaithan.[4]
Hamz
adalah sesuatu yang disusupkan setan ketika hati seseorang sedang dalam
keadaan kosong setan akan datang dan membisikkan sesuatu untuk melakukan
kedurhakaan.[5]
Telah disebutkan dalam al-Quran:
dari kejahatan (bisikan) setan yang
biasa bersembunyi (QS.114:4)
Setan
memperindah imajinasi dengan menampik segala kehawatiran. Was-was tidak
terbatas pada mendorong manusia melakukan kedurhakaan, tetapi juga menghalangi
atau memperlambatnya melakukan kebajikan.[6]
C.
Kemampuan
setan.
Tidak dapat disangkal bahwa setan mempunyai kekuatan, bahkan banyak kekuatan
yang diizinkan Allah untuk dimilikinya. Antara lain:
1. Ketersembunyian
Setan
adalah makhluk yang tersembunyi, karena ketersembunyiannya itulah ia cukup
berat untk dihadapi. Ketersembunyian setan bisa jadi dalam satu tempat yang
tidak diduga sama sekali, yakni dalam diri manusia sendiri. Ia bisa membisikkan
sesuatu kepada anda hingga anda meyakini itu merupakan bisikan yang berasal
dari lubuk hati yang terdalam.[7]
2. Masuk ke dalam diri manusia.
Rasul
telah menjelaskan bahwa “Sesungguhnya, setan mengalir dalam diri anak cucu Adam
sebagaimana mengalirnya darah” (HR. Bukhari dan Muslim). Demikianlah pendapat
beberapa Ulama, dengan dasar bahwa ruh haluspun juga bisa masuk kedalam tubuh
manusia.[8]
3. Kemampuan berubah bentuk
Dari
kemampuannya mengambil aneka bentuk itu, jin dapat mengambil bentuk apapun yang
dihormati atau dikagumi, dicintai atau dibenci, atau bentuk apa saja yang pada
akhirnya mengantar manusia yang lengah terjerumus kedalam jurang yang
dikehendaki setan.[9]
4. Sangat Lihai
Setan
baik dari jenis manusia atau jin amatlah lihai. Kelihaian tersebut tercermin
antara lain pada kemampuannya menyesuaikan diri, sikap dan ucapannya dengan
manusia yang ia hadapi. Taat atau durhaka, kaya atau miskin, sehat atau sakit,
dan seterusnya.[10]
5. Gigih dan sabar
Setan
tidak pernah pupus tekadnya untuk menjerumuskan manusia agar ia melupakan
bahkan mempersekutukan Allah. Ada enam tahapan yang menjadi tujuan siasatnya,
yaitu:
1.
Mengajak manusia mempersekutukan
Allah, kalau ini tidak tercapai maka ia akan turun kecara yang kedua,
2.
Mengajak kedurhakaan yang bersifat
bid’ah yang dapat mengantar pada kekufuran.
3.
Mengajak untuk melakukan dosa besar
seperti membunuh, berzina, dan durhaka kepada orang tua.
4.
Mengajak melakukan dosa kecil,
seperti mengganggu dalam batas tidak merugikan,
5.
Mengajak manusia melakukan hal-hal
yang mubah yang dengan melakukannya manusia tidak berdosa, tetapi juga tidak
memperoleh pahala sehingga manusia tidak memperoleh keuntungan, dan target yang
terakhir adalah
6.
Menghalangi manusia melakukan
aktifitas yang banyak manfaatnya dengan mengalihkannya pada hal-hal yang
manfaatnya sedikit.[11]
6. Berkolusi
Dalam
al-Quran dengan tegas telah disebutkan, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi
tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan
jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia (syaitan-syaitan
jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada Nabi)”.
(al-An’am: 112)[12]
D.
Cara
Manusia Melindungi Diri Dari Setan Dan Segala Godaanya.
Surat Al-A'raf ayat 200:
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu
godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah”
Maksudnya
adalah membaca kalimat ta’awudz (A'udzubillahi
minasy-syaithaanir-rajiim). Selain itu, hal yang mampu menjauhkan setan dari
manusia adalah bahwa ketika manusia melihat kesalahan-kesalahnnya dan
menyadarinya seketika itu juga maka setanpun tidak kuasa mendekat.
Hal
lainnya yakni mencari kelemahan setan, yang dapat mengantar kegagalan tipu
dayanya, adalah dengan meninggalkan lokasi kejahatan atau maksiat karena setan
memiliki kemampuan memperkuat jeratan-jeratannya bila seseorang menetap pada
lokasi godaan. Allah berfirman “ Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan
larangan ini), janganlah kamu dududk bersaa orang yang dzalim itu sesudah
teringat denag larangan ini ” (al-An’am: 68).
Karena
itu pula al-Quran mengingatkan agar jangan mendekati tempat-tempat kedurhakaan,
yang nyata maupun yang tersembunyi. Bahkan agama mengingatkan agar menciptakan
lingkungan yang sehat, bebas dari polusi kedurhakaan sebagai salah satu usaha
untuk menjauhkan setan dari diri manusia.
Penerapan Pada Ayat Al Quran
Surat al-Baqarah: 268
“Syaitan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan
(kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia
(balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sewaktu) didunia. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui”[13]
Memang
untuk bersedekah dan menafkahkan harta di jalan Allah, seringkali timbul
bisikan setan yang melarang dan menakut-nakuti. Itu adalah ulah setan. Dialah
yang menakut-nakuti manusia terjerumus dalam kemiskinan.
Siapapun
yang dimaksud setan di ayat ini, yang jelas setan menakut-nakuti manusia dengan
kemiskinan, dalam arti jika manusia bermaksud bersedekah, ada bisikan dalam
hati manusia yang dibisikkan oleh setan, “jangan bersedekah, jangan
menyumbang, hartamu akan berkurang, padahal engkau memerlukan harta itu, jika
kamu menyumbang, maka kamu akan terpuruk dalam kemiskinan.”
Selain
itu, setan juga menyuruh berbuat fahisyah -segala sesuatu yang dianggap
buruk oleh akal sehat, agama, budaya, dan naluri manusia-. Dalam konteks ayat
ini termasuk kikir, menyebut-nyebut kebaikan yang diberikan, menyakiti hati
pemberi, dan sebagainya. Seorang yang kikir apalagi yang memiliki kelebihan,
kekikirannya membuat dengki dan iri hati anggota masyarakat, dan jika ini
terjadi maka setan menyuruh dan mendorong anggota masyarakat untuk melakukan
aneka kejahatan seperti pencurian, perampokan, pembunuhan atau sebagainya. Di
sisi lain, kekikiran melahirkan sifat rakus untuk enggan bernafkah, dan pada
gilirannya menjadi lahan yang sangat subur bagi setan untuk mengantar manusia
kepada kejahatan. Demikian ulah setan, menakut-nakuti dan menyuruh kepada
kejahatan.
Kalau
demikian itu ulah setan, Allah sangat jauh dari itu, Allah menjanjikan
untuk kamu ampunan dariNya dan kelebihan.
Siapa
yang menafkahkan hartanya, maka dosa-dosanya akan diampuni. Demikianlah janji
Allah dalam Firman Nya :
“tidakkah mereka mengetahui,
bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan
bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?
(QS:At-Taubah:104) [14]
Bukan hanya itu, Allah juga
menjanjikan siapa yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, maka harta itu
dilipat gandakan. Dengan menafkahkan hartanya, kedengkian pun hilang, sehingga
ketentraman bertambah. Allah Maha Luas (anugerah Nya) lagi Maha Mengetahui.[15]
E.
Surat An-Nisa’: 120
“syaitan itu memberikan janji-janji
kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan
itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”[16]
Setan selalu
menjanjikan janji yang muluk-muluk dan menimbulkan angan-angan kosong serta
menimbulkan khayalan-khayalan di dalam hati dan pikiran manusia. Jika seseorang
ingin bernafkah di jalan Allah dibisikkannyalah kepada orang itu bahwa
bernafkah itu mengakibatkan kemiskinan, dan dijanjikan kesenangan dan kemuliaan
bila manusia itu kikir. Kepada penjudi diangan-angankan kebahagiaan dan
kekayaan tanpa usaha, kepada peminum khamar dibisikkannya kegembiraan dan
kesenangan bila seseorang telah mabuk dan sebagainya.
Termasuk di
dalam janji setan itu ialah janji dan angan-angan yang ditanamkan kepada
orang-orang yang man melanggar larangan-larangan Allah untuk kepentingan
dirinya seperti pangkat, kehormatan dan sebagainya.
Janji setan
itu tidak lain hanyalah tipuan belaka; tidak ada satupun yang akan dapat
ditepatinya dan tidak dapat diharapkan hasilnya sedikitpun, seperti janji dan
angan-angan yang ditanamkan kepada penjudi, peminum khamar, pezina, orang yang
gila pangkat dan gila kehormatan. Mereka mengkhayalkan kesenangan dan
kebahagiaan dari hasil perbuatan mereka itu, tetapi hasil itu tidak pernah
mereka nikmati "mereka" yakni orang-orang memandang
indah terhadap apa-apa yang dijanjikan dan diiming-imingi setan.[17]
F.
Surat
An-Nuur: 21
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti
langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah
dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih
(dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”[18]
Aisyah ra mengatakan bahwa ini adalah ayat kesepuluh yang
menerangkan tentang setan. Ayat ini menerangkan bahwa setan
menakut-nakuti manusia dan memerintahkan kepada kekejian.
Hai orang-orang yang beriman, bentengilah diri kamu dengan
keimanan dan janganlah kamu memaksakan diri menentang fitrah kesucian kamu
dengan mengikuti langkah-langkah setan yang antara lain mengajak kamu
berprasangka buruk kepada sesama kamu, menyebarkan berita bohong dan mengajak
kepada kedurhakaan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, dengan
penuh kesungguhan, bukan karena lupa atau tidak tahu maka dia
telah melakukan kekejian dan kemungkaran karena sesungguhnya setan senantiasa
menyuruh manusia mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Beruntunglah
kamu karena Allah masih memberi peringatan dan mengarahkan kamu ke jalan yang
benar, serta melimpahkan rahmat dan pengampunan Nya, sekiranya tidak pastilah
kamu mengikuti setan dan sekiranya tidak ada karunia selain Allah dan Rahmat
Nya yang tercurah kepada kamu sekalian , niscaya tidak seorang
pun dari kamu bersih dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu selama-lamanya,
karena memang rayuan setan tidak kecil, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendakiNya untuk dibersihkan. Sedang Allah tidak menghendaki
pembersihan itu kecuali terhadap siapa yang menyiapkan dirinya untuk itu sambil
berusaha dan bermohon kepadaNya. Dan Allah Maha Mendengar permohonan
siapapun Lagi Maha Mengetahui isi hati dan ketulusannya.[19]
Khuthuwatis syaithan : menggambarkan dengan sangat teliti rayuan setan.
Ayat ini bagaikan manusia berkata: Setan mempunyai jejak dan langkah-langkah,
ia mejerumuskan manusia langkah demi langkah dan tahap demi tahap. Langkah
hanyalah jarak antara dua kaki sewaktu berjalan, tetapi bila tidak disadari
dapat menjerumuskan kedalam bahaya. Setan pada mulanya hanya mengajak manusia
melangkah dan disusul dengan langkah yang lain sampai akhirnya ia mengantar manusia masuk
kedalam neraka.
Al-Fakhsya’ adalah ucapan dan perbuatan yang tidak sejalan dengan
tuntunan agama, khususnya yang telah ditetapkan sanksi duniawinya seperti zina,
pembunuhan, pencemaran nama baik dll. Sedangkan almunkar adalah perbuatan
buruk yang tidak sejalan dengan agama.
Jika tidak ada anugerah Allah tidak seorangpun bisa
bersih dari kekejian, karena memang dalam genggaman tangan kekuasaan Allah
segala kebajikan dan tidak ada kebajikan yang menyentuh manusia, kecuali
bersumber dari Allah semata.[20]
KESIMPULAN
Dari
ketiga ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah benar-benar memerintah
dan selalu mengingatkan kepada manusia supaya menjauhi setan dan segala
upayanya guna menyesatkan dan menjerumuskan.
DAFTAR PUSTAKA
Soenarjo. Pentafsir al-Quran.
(T.Np.Jakarta. 1971)
Sosrodirjo. Moedjono, Ungkapan dan
Istilah Dalam Agama Islam. (Pradnya Paramita: Jakarta. 1985)
Syihab, Quraish. Jin, Iblis, Setan
dan Malaikat yang Tersembunyi (Lentera Hati: Jakarta.2002)
Tafsir
al-Mishbah. (Jakarta) Jlid 1.
[1] Quraish
Shihab. Jin, Iblis, Setan dan Malaikat yang Tersembunyi
(Lentera Hati: Jakarta.2002) h. 128
[2] Quraish
Shihab. Jin, Iblis,h. 192
[4] Ibid., 196
[5] Ibid., 200
[6] Moedjono. Ungkapan dan Istilah. h. 167
[7] Quraish Shihab. Jin, Iblis, h. 168
[8] Ibid., h. 178
[9] Ibid., h. 180
[10] Ibid., h. 184
[11] Ibid., h. 187
[12] Quraish Shihab. Jin, Iblis,h. 270
[13] Soenarjo. Pentafsir al-Quran. (T.Np.Jakarta. 1971) h. 67
[14]
Ibid., 298
[15] Quraisy Syihab. Tafsir al-Mishbah. (Jakarta) Jlid 1. h. 580
[16] Soenarjo. Pentafsir. h. 142
[17] Tafsir, Indonesia, DEPAG,
Surah An Nisaa' 120
[18] Soenarjo. Pentafsir. h. 546
[19] Quraisy Syihab. Tafsir al-Mishbah. (Jakarta) . Jilid 9 hal. 309
[20] Quraisy Syihab. Tafsir al-Mishbah. h. 580
Tidak ada komentar on "Setan dan Tipuannya