Aku sediih, kecewa, hingga ilfil?? Hmmm... kelihatannya jarang banget aku ngalamin hal begituan kecuali sederet ‘shitness’ macam ini yang bikin aku kalap stadium empat. Disaat harapan-harapan itu melayang begitu saja. Ambisi-ambisi yang sudah aku targetkan pada akhirnya terabaikan, berbanding terbalik dengan sederet perjuangan yang aku pertaruhkan. Dengan segala kesuka citaan mendambakan suatu hal yang sudah diimpikan. Pada akhirnya semua itu hanya tinggal omong kosong yang murahan. Bak barang obralan yang akhirnya ringsek di gudang. Persetan!
Fenomena yang sudah merajalela. Harta, tahta. Selalu dipuja dan dianggap dewa bagi manusia-manusia miskin moral dan agama. Diskriminasi, arogansi, manipulasi, selalu lekat adanya dalam setiap instansi walau dibalut dengan isolasi islami. Betapa sempurnanya sebuah ilusi!
Masih bingung membedakan antara kualitas dan kuantitas. Ketika keduanya diperadukan.B agi kaum empiris, pastilah akan mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Tapi gak tau lagi bagi para pragmatis. Yang menginginkan segalanya serba instant dan praktis. Kurang, bahkan tak sempat memikirkan teknis, yang penting hasilnya manis, apalagi berlabel gratis, pasti laris!
Serasa pingin teriak sekeras mungkiiin. Sayangnya aku gag pernah berani ngucapin kata-kata ‘shitness’ dengan lantang. Ups, harusnya aku perlu mensyukuri segalanya. Aku gag mau terbelenggu dalam pikiran yang kacau seperti ini. Memikirkan materi, materi, dan materi. Gila apaa?? Aku bukan kaum matrealis yang selalu memanfaatkan para borjuis. Aku hanya ingin mendapatkan apa yang sudah menjadi hak ku. Yang sudah dikampanyekan para penyandang gelar master di habitatku.
Kini semua sudah menjadi keputusan. Kali ini yang disebut dengan materi itu tlah terbagi. Guratan sukacita ditandai dengan maraknya undangan-undangan parti. Dengan dalih perbaikan gizi, mereka tak lagi peduli. Berapapun materi yang keluar dari samping dasi. Namun slalu, aku bertanya. Adakah yang masih memprioritaskan sebuah ESENSI??? Semoga masih ada yang peduli. Tak hanya mengharap materi, namun juga mengharap Ridho Rabbul Izzati dalam penjagaan Dustur Illahi.
>>beasiswa 15 juta melayang, 1,2 juta pun hilang hanya gara-gara seseorang <<
Sekilas setelah baca judul diatas kayak nya
kasar banget yaah ... kayak maki-maki orang kesannya. Hehehe :D. Simak
aja dehh celotehan saia disini ... Let’s PLAY !
By the way, nge
blog tuh asik juga yaa?? Walaupun sangat aku sadari kalo blog ku ini masih
dalam katagori acakadul as know as masih dalam taraf corat-coret *mohon
koreksi dari para pembaca. Yaah, sekedar
menyalurkan hobi nulisku aja sih. Because of my blog inilah aku jadi
sedikit pede show of intulisan-tulisan ku ini. Mungkin sejak
bangun tidur hingga tidur lagi. Dari aktivitasku yang ancur sampe yang teratur.
Dari kelakuan-kelakuanku yang mungkin sedikit sableng sampe yang lumayan
anteng. Soalnya aku paling gag tahan kalo pergi kemana-mana gag bawa
notes ama pulpen, minimal selembar kertas deh. Jadi, jangan harap buku
pelajaranku dari jaman SMP hingga SMA bersih dari coret-coretan. Apalagi
tulisan kalo pas lagi ngantuk dikelas. Ampuun dehh... bener-bener kaya anak TK
yang lagi belajar nulis, ato bahkan kaya dokter yang lagi kasi resep yaah?? Ha
ha ha :D.
Walaupun nulisnya secara manual, tapi kalo
dilihat-lihat, boros juga yaa kalo aku harus ngabisin berlembar-lembar buku
cuman sekedar buat nuangin imajinasi –imajinasi ku?? Hmmm... kalo yang ada
manfaatnya sih tak apa. tapi kalo kagak? Wahh, cuman ngabisin kertas aja buat
hal sepele kayak gini. Dah gitu kalo udah gag kepake palingan ditumpuk di
pojokan lemari ato dikilo in?? Haduu ...gag berharga bangett... masih mending
tuh daripada dimakan kecoa ato ngengat. Huufth ...(~,~ )...
Setelah dipikir-pikir, hemat kertas berarti go
green juga yaa? Bayangin aja kalo
semakin banyak kita gunain kertas, semakin banyak juga pohon yang ditebang
dalam hutan, trus ntar kalo hujan kemana dunk lari nya air? Padahal salah satu
fungsional hutan kan untuk menyimpan cadangan air di bum dan sebagai paru-paru
dunia *inget pelajaran SD. Timbullah erosi, Pengikisan tanah oleh air hujan.
And the last, flood a.k.a banjir . Hiks...
Lanjutnya yaa, kalo misalnya semakin banyak
pabrik yang beraktivitas ‘tuk memproduksi kertas *contohnya aja, yang lain
banyak* ntar pasti banyak polusi juga donk?! Udah gitu, pastilah asap-asap yang
keluar dari cerobong pabrik mengepul di udara trus lama-lama bisa menembus
lapisan ozon. Padahal zaman sekarang aja udah banyak yang bolong-bolong
kan??Yaaahh... ntar kalo sinar UV menembus ke bumi, trus es dari kutub utara n
selatan meleleh gimanaa?? Kan nantinya permukaan air semakin meninggi. Bisa
dibayangkan bukan apa yang akan terjadi ?? hmmm... @@@
Emm, kira-kira manfaat nge blog apa lagi ya,
selain Go Green??
Media Promosi
Mendapatkan Relasi Baru
Mendapatkan Penghasilan
Media Memberi, Media Sharing
Jurnal Catatan Kehidupan
Markas Besar Di Dunia Maya, dan masih banyak yang lainnya ...
Sampai disini, ternyata nge-blog, banyak
manfaatnya yaa? selain bisa bermanfaat bagi diri kita, bisa juga bermanfaat
bagi orang lain Bukankah sebaik-baiknya manusia itu adalah
yang b isa bermanfaat bagi orang lain?? Dan jika ilmu kita bermanfaat, pastilah
banyak juga rewards yang akan kita dapat dari-Nya.
Malam itu rapat dadakan berakhir dengan
berbagai keputusan. Banyak pula argumen-argumen yang dilontarkan. Sederet komen
tak bisa dihentikan. Seakan traffic jam yang ada di persimpangan jalan. Entah
senang dengan tugasnya ataupun sangat keberatan dengan sebuah amanah yang
dibebankan *kalo aku mah enjoy aja dalam
setiap suasana J. Haaseeekk .yang pualing penting adalah niat ikhlas lillahi ta’ala tuk gapai cita-cita anak
Haramain tercinta. Sang Pemimpi katanya J
Uuuhhh...harus bener-bener tebel nih muka. Harus
selalu pasang senyuman bak primadona. Selalu tebarkan segala pesona *emang nya
ABG Tua, hahaha J. Satu, dua, tiga hingga sekian instansi yang berlabel islami kami
satroni. Berbekal sepeda pinjaman milik
kawan. Merk Polygon, keren abiss walau kanaa ban nya sudah sangat kritis olalaa
*bocoor muluu sepeda nya. Hahaha J (punya sandra). Tapi tak apa laa ...semangat selalu membara ketika
membaca tulisan disamping math’am Maa Hadfaka?! Kali ini pun aku harus selalu
semangat untuk mencapai targetyang amat sangat berat. Mengumpulkan rupiah demi
rupiah untuk seminar akhirus sanah yang akan dipersembahkan oleh para Niha’iyah
li Kulliyatil Mu’alimmin Al Islamiyyah, Ngruki, Cemani bla,bla,blaahh .:)
Jum’at putra. Hari pertama tuk say good bye
dari asrama tuk nyari dana. Hepi syalala rasanya. Sekalian cuci mata! Aha?!
Badalaa?!! Niat macem apa ituu?okelah! hanya satu pinta, niat lillahi ta’ala
tuk mencari Ridho-Nya. Gag tau ntar kalo dapet barokahnya juga, ketika
dipertemukan dengan Bang Pala, haha. Jadi teringat sebuah hadits. Pandangan
pertama adalah pahala. Selanjutnya apa ya? Ya terserah anda! Kalo mau dapet
dzanbun yaa lanjutkan saja! Hehehe J
Tanpa berbekal surat ijin langsung cabut. Gag
lupa pesen sama temen-temen agar tutup mulut. Walopun nantinya mereka minta imbalan
jajanan pasar, apa tuh namanya? Sawut. Lari ke jogja bersama dek Cha n so pasti nginep dirumahnya .
Langkah Nyari Dana :
1. Awalnya kita kebingungan nih mau mulai darimana. wal akhir, kesini nih...*karna yang punya temennya bapak MR. Kustanto a.k.a abinya Pochy :D.
enyaakkk
Harapan kita udah mau dapet ratusan rebeeng *ngayal. Tapi wal akhir kita dapet Rp. 20.000 . Tak apalahh, alhamdulillah :D
2. Kedua, karna kita jugha bingung mau kemana lagi. akhrnya kita ngontak alumni yang kuliah di UIN. Ribet banget tuh kita ke UIN. Mana pake baju terong lagi kembaran berdua. Hahaha :D. yang bikin malu, aku sampe salah motor gara-gara grogi ama kakak nya. hahaha :p. And the last, kita dianter nemuiin pak dosen *beliau sendiri alumni Ngruki ke gedung rektorat.
Rektorat UIN
Alhamdulillah disana kita disambut dengan hangat. Dua lembaran merah pun kami terima dengan suka cita. Alhamdulillah yaa, sesuatuuu :D
Setelah kita dapetin dana, selanjutnya... apa yang terjadi sodara-sodaraa??? Sekarang biarlah gambar yang bericara. Selamat menikmati yaa ..
Suatu hari di gua Hira, Muhammad SAW tengah
ber’uzlah, beribadah kepada Rabbnya. Telah sekian
hari ia lalui dalam rintihan, dalam doa, dalam puja dan
harap pada Dia Yang Menciptanya. Tiba-tiba muncullah sesosok
makhluk dalam ujud sesosok laki-laki. “Iqra!” katanya.
Muhammad SAW menjawab, “Aku tidak dapat membaca!” Laki laki
itu merengkuh Muhammad ke dalam pelukannya, kemudian
mengulang kembali perintah “Iqra!” Muhammad memberikan
jawaban yang sama dan peristiwa serupa pun terulang hingga
tiga kali. Setelah itu, Muhammad dapat membaca kata-kata yang
diajarkan lelaki itu. Di kemudian hari, kata-kata itu menjadi
wahyu pertama yang yang diturunkan Allah kepada Muhammad
melalui Jibril, sang makhluk bersosok laki-laki yang menemui
Muhammad di gua Hira.
Sepulang dari gua Hira, Muhammad mencari Khadijah isterinya
dan berkata, “Selimuti aku, selimuti aku!”. Ia gemetar ketakutan,
dan saat itu, yang paling diinginkannya hanya satu, kehangatan,
ketenangan dan kepercayaan dari orang yang dicintainya.
Belahan jiwanya. Isterinya. Maka Khadijah pun menyelimutinya,
memeluknya dan mendengarkan curahan hatinya. Kemudian
ia menenangkannya dan meyakinkannya bahwa apa yang
dialami Muhammad bukanlah sesuatu yang menakutkan,
namun amanah yang akan sanggup ia jalankan.
Dalam sebuah pelatihan manajemen kepribadian. Para
instruktur yang juga para psikolog tengah mengajarkan
berbagai terapi penyembuhan permasalahan kejiwaan. Dari
semua terapi yang diberikan, selalu diakhiri dengan pelukan,
baik antar sesama peserta maupun oleh instrukturnya. Namun
demikian, mereka mempersilakan peserta yang tidak bersedia
melakukan pelukan dengan lawan jenis untuk memilih partner
pelukannya dengan yang sejenis. Yang penting tetap berupa
terapi pelukan. Menurut mereka, pelukan adalah sebuah terapi
paling mujarab hampir dari semua penyakit kejiwaan dan emosi.
Pelukan akan memberikan perasaan nyaman dan aman bagi
pelakunya.
Pelukan akan menyalurkan energi ketenangan dan kedamaian
dari yang memeluk kepada yang dipeluk. Pelukan akan
mengendorkan urat syaraf yang tegang. Hal ini juga dibenarkan
dari hasil penelitian bahwa, kita butuh empat kali pelukan per
hari untuk bertahan hidup, delapan supaya tetap sehat, dan dua
belas kali untuk pertumbuhan. Jika ingin terus tumbuh, kita
butuh dua belas pelukan per hari. Pelukan berkhasiat
menyehatkan tubuh. Pelukan merangsang kekebalan tubuh kita.
Pelukan membuat kita merasa istimewa. Pelukan memanjakan
sifat kekanak-kanakan yang ada dalam diri kita. Pelukan
membuat kita lebih merasa akrab dengan keluarga dan teman-teman.
Riset membuktikan bahwa pelukan dapat menyembuhkan
masalah fisik dan emosional yang dihadapi manusia di zaman
serba stainless steel dan wireless ini. Bukan hanya itu saja, para
ahli mengemukakan bahwa pelukan bisa membuat kita panjang
umur, melindungi dari penyakit, mengatasi stress dan depresi,
mempererat hubungan keluarga dan membantu tidur nyenyak.
(The Aladdin Factor, Jack Canfield & Mark Victor Hansen.”)
Helen Colton, penulis buku The Joy of Touching juga
menemukan bahwa ketika seseorang disentuh, hemoglobin
dalam darah meningkat hingga suplai oksigen ke jantung dan
otak lebih lancar, badan menjadi lebih sehat dan mempercepat
proses penyembuhan. Maka bisa dikatakan bahwa pelukan bisa
menyembuhkan penyakit “hati” dan merangsang hasrat hidup
seseorang. Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh
jurnal Psychosomatic Medicine, pelukan hangat dapat
melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan dengan
perasaan cinta dan kedamaian. Hormon tersebut akan menekan
hormon penyebab stres yang awalnya mendekam di tubuh.
Hasil hasil penelitian tersebut, memberikan keterangan ilmiah
atas kecenderungan dalam diri setiap manusia untuk
mendapatkan ketenangan dan kehangatan melalui pelukan.
Penelitan tersebut memberikan fakta ilmiah atas besarnya
energi yang dapat disalurkan melalui pelukan.
***
Sayangnya, banyak dari kita dibesarkan dalam rumah yang di
dalamnya pelukan adalah sesuatu yang tidak lazim, dan kita
mungkin merasa tidak nyaman minta dipeluk dan memeluk.
Kita mungkin pernah digoda sebagai “si anak manja” jika sering
memeluk atau dipeluk Ayah, Ibu atau saudara kandung kita. Dan
jadilah kita atau remaja-remaja kita saat ini, tumbuh dengan
kekurangan energi pelukan.
Bisa jadi, kekurangan energi pelukan ini adalah termasuk salah
satu faktor yang menyebabkan maraknya kasus ketidakstabilan
emosi manusia seperti yang terjadi belakangan ini: tingginya
angka kriminalitas dan narkoba pada golongan anak dan remaja,
kesurupan di berbagai sekolah dan sebagainya.
Dan bisa jadi, sesungguhnya solusi untuk mengurangi berbagai
permasalahan itu sebenarnya sederhana saja: Pemberian
pelukan kasih sayang yang banyak kepada anak-anak dari orang
tuanya. Bukankah Rasulullah sangat gemar memeluk isteri, anak,
cucu, dan bahkan anak-anak kecil di lingkungannya dengan
pelukan kasih sayang? Bahkan pernah ada satu kisah ketika
Rasulullah mencium dan memeluk cucunya, seorang sahabat
menyatakan bahwa hingga ia punya 10 orang anak, tak satu pun
yang pernah ia curahi dengan peluk cium.
Rasulullah saat itu berkomentar, “Sungguh orang yang tidak mau
menyayang (sesamanya), maka dia tidak akan disayang.” (riwayat
Al-Bukhari)
***
So mulai sekarang, jangan ragu untuk memeluk ataupun minta
dipeluk. Apa yang kita perlukan saat kita marah, sedih ataupun
kecewa adalah sebuah pelukan, pelukan sayang dari suami,
orang tua atau orang yang kita kasihi.Pelukan itu dapat
menenangkan, membuat kita merasa nyaman dan disayang.
Begitu juga setelah adanya perang mulut atau berantem antara
suami istri? Saling memeluklah. Karenan pelukan itu akan
menurunkan emosi dan menenangkan hati. Pelukan itu akan
merekatkan kembali ikatan cinta antara suami istri setelah luka
dan kecewa yang sempat tertoreh. Pelukan itu, akan membuat
kehidupan rumah tangga menjadi makin mesra.
Segala sedih, segala marah, segala kecewa, dan segala beban
hilang oleh kehangatan pelukan. Selanjutnya jadikanlah pelukan
sebagai suatu kebiasaan dalam menjalani hari-hari. Hal pertama
yang saya inginkan ketika tiba di rumah sepulang dari kantor
atau dari bepergian adalah memeluk istri. Memeluknya erat-erat.
Itu saja. Tak Lebih. Hal pertama yang saya inginkan ketika
saya bangun dari tidur adalah memeluk dan dipeluk istri saya.
Memeluknya kuat-kuat. Itu saja. Bukan yang lainnya.
Jika kami bangun pada jeda waktu yang tak sama, maka ‘utang’
kebiasaan itu dilakukan setelah shalat lail atau shalat subuh. Jika
kami tidur di kamar yang berbeda, biasanya jelang subuh atau
habis shubuh, salah satu dari kami akan menyusul yang lainnya.
Hanya untuk satu hal saja: memeluk dan dipeluk.
Saat malam menjelang tidur, kami terbiasa tiduran dan saling
memeluk, berlama-lama sambil berbincang tentang aktifitas
kami seharian. Ada kata-kata yang minimal tiga kali sehari saya
ucapkan kepada istri saya, “I Love U” dan “Minta peluk!”
Rasanya ada yang kurang jika kekurangan pelukan dalam sehari.
Pelukan memberiku rasa aman dan nyaman. Pelukan, saya
rasakan memberikan kehangatan yang tak tergantikan oleh
apapun. Berani mencoba?
============================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber
Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 440-444. ISBN 978-6028-686-938.
Sweetroom. Pagi itu tak seperti biasa. Lelah yang
menyelimutiku sepertinya enggan tuk dilipat. Pagi ini tak ada lantunan Al Kahfi
seperti pekan-pekan biasanya. Entah mengapa kaki ini terasa berat bahkan untuk mematikan
lampu kamar dan membuka jendela. Andaikan bisa protes, mungkin rengekan boneka
teddy bearku tlah kudengar. Segarnya udara pagi pun sepertinya sudah stand by
di depan pintu. Menunggu empunya kamar tuk mempersilahkan masuk tamu paginya.
Yang akan memperbahrui udara-udara yang mungkin sudah expired sejak semalam.
Kuraih ponsel yang bergetar tanda adanya pesan masuk. Kubaca
sebuah pesan singkat dari sender bernama Vero yang intinya ngajakin ke
toko buku. Sejenak aku mengingat-ingat tentang jadwalku hari ini. KSI jam 11.
Kembali ku berfikir untuk menyanggupi ajakan kawanku ini. Awalnya aku enggan,
namun setelah menyetujui sebuah kesepakatan akhirnya aku iyakan. Tak tega juga
aku melihat tampang melasnya. Senin besok UTS, tapi referensi belum memadai. Hmm... *otak mbolang pun muncul
Sriwedari. Suasana toko buku pagi ini masih terlihat
sepi, hanya terlihat beberapa toko saja yang sudah terbuka. Sebagian terlihat
penjaga toko yang sedang membawa sulak, mengelap etalase-etalase dan
membersihkan debu-debu yang hinggap diatas buku, ada pula pemilik toko yang
baru saja membuka gerendel pintunya. Kami berjalan saja di sepanjang jalan itu.
Sembari membawa sampel buku yang sudah tak bercover lagi. Menanyakan
tentang keberadaannya. Satu, dua, tiga, hingga berapa toko yang tlah kami
singgahi, dan hasilnya pun nihil. Ingin tetap kami susuri jalanan itu hingga
ujung. Namun, malas juga rasanya jika nantinya akan bertitleBoulevard
broken dreams . Hahahay :D :D :D
Arafah square.Keep trying. Kali ini semboyan
dari pure season itu kupakai. Mencoba menyusuri lapak lawasku. Teringat
masa-masa sekolah zaman dahulu. Anti beli buku tapi hobi nyatroni toko
buku. Gak cukup sampe situ, buku yang masih tersegel pun kadang dibuka dengan
perasaan tak berdosa. Hihihi J.
Kembali ke masa sekarang. Kami pun memasuki area yang berkonsep alam ini. Toko
buku yang lantai bawahnya dihiasi kolam ikan kecil beralas kaca. Mungkin yang
punya toko buku ini sedang mengkonsep istana Sulaiman. Hahaha *mulai ngayal deh.
Sembari mendengarkan alunan latar murratal, rak-rak pun kami telusuri, nggak
puas sampe situ, akhirnya langsung nyamperin mas-mas penjaganya. Masya Allah
deh, lagi-lagi nihil! Hmmm..
On the road.Namanya juga neverdie. Neverdie
antusiasisnya, neverdie pula gokilnya. Tak menyerah sampai disini, kami pun
mencoba menyusuri toko buku lagi. Kami berhenti di lampu merah pertama veteran,
sebelum berbelok ke kiri. Uupss... saat memancat rem belakang sandal si Vero
putus. Gelak tawa pun tenggelam bersamaan dengan deru-deru kendaraan yang hilir
mudik. Akhirnya tanpa ragu, sandal pun dilepas begitu saja dan dengan pede nya
sandal yang sebelah kiri masih dikenakannya . ahihihi J. Neverdie dehh pedenya!
Walopun dijalan rewel. Nyari toko sandal gag dapet-dapet. Huufth ... i walk
along the way, on the boulevard broken dreams , looking for a pair of sandals
:p.
Toga Mas Book Store. Abis muter-muter nyari sandal
wat si Vero, wal akhir destination selanjutnya ke Toga Mas, tak lupa
mampir dulu ke loker penitipan barang, agar tas n jaket bersemayam sejenak
disana. Capcuuss deh langsung naik ke lantai 2. Hunting buku pun dimulai. Semua
rak-rak buku berklasifikasi agama kita satroni. Dibolak-balik kok semakin
asyiik. Tapi lagi-lagi nihil. Dan kami pun mencoba larut dengan bacaan-bacaan
yang lainnya. Sekedar melebur kekecewaan. Tak terasa waktu beranjak siang.
Mengingat acara ku pula. Wal akhir, kami pulang tanpa tambahan beban pada
ransel masing-masing. Menyusun niatan selanjutnya tuk merelakan belajar dengan
poto kopian. Huufth, malesiiin banget. Next destination is ...
Lentera foto copy. Jasa foto kopi di sekitar kampus
yang paling digemari para mahasiswa. Selain hasilnya jelas, harganya pun tak
menguras kantong mahasiswa yunior macam kita J
*ngiklaaan boo! Gag taunya, ketemu sama Pak Guru *temen sekelas kami yang style
nya kek Pak Guru sungguhan. Dia
nya malah nyaranin kita wat hunting buku ke Jogja. Waks! Denger kata Jogja
langsung semangat. Apalagi yang ngomong Pak Guru. Hihihi, langsung dipatuhin
aja tuh perintahnya. Katanya sih hormati guru sayangi temaan, itulah tandanya
murid yang budiman *secara temen kesayangannya kan demen maen. Dasar dudul :p . Cancel langsung deh parkir motornya. Otakku tak lagi berfikir tentang acara yang
sedari tadi aku risaukan. Zeb, gag pake lama langsung balik ke kost ambil trip
properties. Hahaha J
kek mau piknik aja. Secaraa, Cuma jogja gituu sejam aja nyampe. Tapi tak
apalah, sedia mantel sebelum ujan J
*inget selalu pesen mama.
Otewe. Saking semangatnya deru motorpun memecah
teriknya mentari, 110 km/jam. Gila dehh! Neverdie banget nekatnya. Secara,
jalan jogja solo kan lempeng-lempeng aja tuh! Jadi yaa naluri ridernya kumat
*capeee deehh :p. Gag peduli lom sarapan segala, yang penting bisa sampe Jogja
n nenteng bukunya. Mimpi yang sempurnaaa yaa J.
Welcome to Jogja *Never Ending Asia katanya.Karna
niatnya cuman mau hunting buku, jadi gag ada pikiran lain deh selain ngedapetin
tuh buku. Syukur-syukur harganya murah, kalopun mahal, mungkin juga tak apa, yang
penting jangan sampe usaha kita berakhir sia-sia. Gak pake lama. Hunter pun
mulai beraksi. Tanya kanan kiri, semua toko buku pun disatroni. Alhamdulillah
i’ve got! Barangnya bagus, harganya bagus pula. Alhamdulillah tsumma
alhamdulillah. Neverdie usahanya!
Muhola izul ...Kami pun bergegas mengambil air wudhu.
Membasuh semua peluh karna terik mentari. Melepas lelah dengan memulai
komunikasi dengan Rabbul Izzati, yang tlah memberi nikmat kepada kita selama
ini. Alhamdulillah yaaahh .. s.e.s.u.a.t.u J.
Neverdie ...
Secara etimologis, tafsir berarti menjelaskan dan mengungkapkan.
Sedangkan menurut istilah, tafsir ialah ilm yang membahas tentang cara
mengucapkan lafadh-lafadh Al-Qur’an, makna-makna yang ditunjukkannya dan
hukum-hukumnya, baik ketika berdiri sendiri atau tersusun, serta makna-makna
yang dimungkinkannya ketika dalam keadaan tersusun.
Al-Raghib al-Ishfahany berkata: “Tafsir mempunyai pengertian yang
lebih umum dan lebih banyak dipergunakan pada lafadh-lafadh dan kosa kata dalam
kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah dan kitab-kitab lainnya. Sedangkan
Al-Maturidy mengatakan: “Tafsir berarti memastikan bahwa yang dikehendaki oleh
Allah adalah demikian. [1]
Istilah tafsir merujuk kepada Alqur’an sebagaimana Firman Allah :
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling
baik penjelasannya”. (QS. Al Furqon:33).
Pengertian inilah yang
dimaksud di dalam Lisan al ‘Arab dengan “kasyf al-mughaththa” (membukakan
sesuatu yang tertutup), dan “tafsir” –tulis Ibn Manzhur- ialah membuka dan menjelaskan maksud yang sukar dari suatu lafal. Pengertian ini
pulalah yang diistilahkan oleh ulama tafsir dengan “al idhah wal tabyin” (menjelaskan
dan menerangkan). Di dalam kamus bahasa Indonesia, kata ‘tafsir’
diartikan dengan “keteranganatau penjelasan tentang ayat-ayat Alqur’an”.
Terjemahan Alqur’an masuk kedalam kelompok ini. Jadi, Tafsir Alqur’an ialah
penjelasan atau keterangan untuk memperjelas maksud yang sukar. Memahaminya dari
ayat-ayat Alqur’an. Dengan demikian menafsirkan Alqur’an ialah menjelaskan
atau menerangkan makna-makna yang sulit pemahamannya dari ayat-ayat tersebut.[2]
Menurut istilah, pengertian tafsir adalah ilmu yang mempelajari
kandungan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW., berikut penjelasan
maknanya serta hikmah-hikmahnya. Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa
tafsir adalah ilmu yang membahas tentang al-Quran al-Karim dari segi
pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia. Secara
lebih sederhana, tafsir dinyatakan sebagai penjelasan sesuatu yang
diinginkan oleh kata.[3]
Tidaklah Allah menurunkan Al-Qur'an Al-Karim
kepada manusia melainkan agar mereka memahaminya, memikirkan dan
mengamalkannya. Allah Ta'ala berfirman,
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shod:
29)
Dan Allah telah mencela ahli kitab karena
mereka berpaling dari kitabullah yang diturunkan kepada mereka. Mereka sibuk
mengurusi dunia dan mengumpulkannya. Maka wajib bagi kita kaum muslimin untuk
berhenti dari apa yang dicela oleh Allah dan melaksanakan perintah-Nya untuk
mempelajari kitabullah dan memahaminya. Allah berfirnan,
“Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada
kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah
masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di
antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid: 16)
Imam Suyuthi berkata, "Para ulama telah
sepakat bahwa ilmu tafsir termasuk dari fardhu-fardhu kifayah." Dengan ungkapan senada, Al-Anshori berkata, "Pekerjaan
yang paling mulia untuk digeluti manusia adalah tafsir Al-Qur'an." [4]
II.SEJARAH
TAFSIR
Al-Qur’an
diturunkan dengan bahasa Arab sehingga mayoritas orang Arab mengerti makna dari
ayat-ayat al-Qur’an. Sehingga banyak diantara mereka yang masuk Islam setelah
mendengar bacaan al-Qur’an dan mengetahui kebenarannya. Akan tetapi tidak semua
sahabat mengetahui makna yang terkandung dalam al-Qur’an, antara satu dengan
yang lainnya sangat variatif dalam memahami isi dan kandungan al-Qur’an.
Sebagai orang yang paling mengetahui makna al-Qur’an, Rasulullah selalu
memberikan penjelasan kepada sahabatnya, sebagaimana firman Allah ,
” keterangan-keterangan
(mu’jizat) dan kitab-kitab.Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya
mereka memikirkan, (QS. 16:44).
1.Tafsir
Pada Zaman Shohabat
Adapun metode sahabat dalam menafsirkan
al-Qur’an adalah; Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, menafsirkan Al-Qur’an
dengan sunnah Rasulullah, atau dengan kemampuan bahasa, adat apa yang mereka
dengar dari Ahli kitab (Yahudi dan Nasroni) yang masuk Islam dan telah bagus keislamannya.
Diantara tokoh mufassir pada masa ini adalah:
Khulafaurrasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), Abdullah bin Abbas, Abdullah
bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair dan Aisyah.
Namun yang paling banyak menafsirkan dari mereka adalah Ali bin Abi Tholib,
Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas yang mendapatkan do’a dari
Rasulullah.
Penafsiran shahabat yang didapatkan dari
Rasulullah kedudukannya sama dengan hadist marfu’. Atau paling kurang adalah Mauquf.
2.Tafsir
Pada Zaman Tabi’in
Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini
tidak jauh berbeda dengan masa sahabat, karena para tabi’in mengambil tafsir
dari mereka. Dalam periode ini muncul beberapa madrasah untuk kajian ilmu
tafsir diantaranya:
1)- Madrasah Makkah atau Madrasah Ibnu Abbas
yang melahirkan mufassir terkenal seperti Mujahid bin Jubair, Said bin Jubair,
Ikrimah Maula ibnu Abbas, Towus Al-Yamany dan ‘Atho’ bin Abi Robah.
2)- Madrasah Madinah atau Madrasah Ubay bin
Ka’ab, yang menghasilkan pakar tafsir seperti Zaid bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan
Muhammad bin Ka’ab Al-Qurodli. Dan 3)- Madrasah Iraq atau Madrasah Ibnu Mas’ud,
diantara murid-muridnya yang terkenal adalah Al-Qomah bin Qois, Hasan Al-Basry
dan Qotadah bin Di’amah As-Sadusy.
Tafsir yang disepakati oleh para tabiin bisa
menjadi hujjah, sebaliknya bila terjadi perbedaan diantara mereka maka satu
pendapat tidak bisa dijadikan dalil atas pendapat yang lainnya.
3.Tafsir
Pada Masa Pembukuan
Pembukuan tafsir dilakukan dalam lima periode
yaitu;
Periode Pertama, pada
zaman Bani Muawiyyah dan permulaan zaman Abbasiyah yang masih memasukkan ke
dalam sub bagian dari hadits yang telah dibukukan sebelumnya. Periode
Kedua, Pemisahan tafsir dari hadits dan dibukukan secara terpisah
menjadi satu buku tersendiri. Dengan meletakkan setiap penafsiran ayat dibawah
ayat tersebut, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Jarir At-Thobary, Abu Bakar
An-Naisabury, Ibnu Abi Hatim dan Hakim dalam tafsirannya, dengan mencantumkan
sanad masing-masing penafsiran sampai ke Rasulullah, sahabat dan para tabi’in. Periode
Ketiga, Membukukan tafsir dengan meringkas sanadnya dan menukil
pendapat para ulama’ tanpa menyebutkan orangnya. Hal ini menyulitkan dalam
membedakan antara sanad yang shahih dan yang dhaif yang menyebabkan para
mufassir berikutnya mengambil tafsir ini tanpa melihat kebenaran atau kesalahan
dari tafsir tersebut. Sampai terjadi ketika mentafsirkan ayat
غير
المغضوب عليهم ولاالضالين
ada sepuluh pendapat, padahal para ulama’
tafsir sepakat bahwa maksud dari ayat tersebut adalah orang-orang Yahudi dan
Nasroni. Periode
Keempat, pembukuan tafsir banyak diwarnai dengan buku – buku
tarjamahan dari luar Islam. Sehingga metode penafsiran bil aqly
(dengan akal) lebih dominan dibandingkan dengan metode bin
naqly ( dengan periwayatan). Pada periode ini juga terjadi
spesialisasi tafsir menurut bidang keilmuan para mufassir. Pakar fiqih
menafsirkan ayat Al-Qur’an dari segi hukum seperti Alqurtuby. Pakar sejarah
melihatnya dari sudut sejarah seperti ats-Tsa’laby dan Al-Khozin dan seterusnya.
Periode
Kelima, tafsir maudhu’i yaitu membukukan tafsir menurut suatu
pembahasan tertentu sesuai disiplin bidang keilmuan seperti yang ditulis oleh
Ibnu Qoyyim dalam bukunya At-Tibyan fi Aqsamil Al-Qur’an, Abu Ja’far An-Nukhas
dengan Nasih wal Mansukh, Al-Wahidi Dengan Asbabun Nuzul dan Al-Jassos dengan
Ahkamul Qur’annya.
Secara umum tafsir dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu Tafsir bil ma'tsur dan tafsir bir ro'yi. Dibawah ini kita jelaskan ada
dua macam tafsir ini beserta hukumnya:
Tafsir bil ma'tsuradalah tafsir yang berlandaskan naqli yang
shahih, dengan cara menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an atau dengan sunnah,
yang merupakan penjelas kitabullah. Atau dengan perkataan para sahabat yang
merupakan orang-orang yang paling tahu tentang kitabullah, atau dengan
perkataan tabi'in yang belajar tafsir dari para sahabat. Cara tafsir bil
ma'tsur adalah dengan memakai atsar-atsar yang menjelaskan tentang makna suatu
ayat, dan tidak membicarakan hal-hal yang tidak ada faedahnya, selama tidak ada
riwayat yang shohih tentang itu. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
Wajib diketahui bahwa nabi telah
menjelaskan makna-makna Al-Qur'an kepada para sahabat sebagaimana telah
menjelaskan lafadz-lafadznya kepada mereka. Karena firman Allah,
“agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah dirurunkan
kepada mereka” . (QS. An-Nahl: 44). Mencakup
penjelasan lafadz-lafadz dan makna. [5]
Dan beliau juga berkata, Jika ada
orang yang bertanya, "Apa jalan tafsir yang terbaik?" Maka jawabannya
adalah : Yang paling shahih dari cara menafsirkan
Al-Qur'an adalah menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an. Apa yang dimaksud
mujmal di suatu ayat, dijelaskan di ayat lainnya. Apa yang diringkas dalam
suatu ayat, diperpanjang di tempat yang lain.
Kalau hal ini menyulitkanmu maka
wajib bagimu mencarinya dalam sunnah Rasulullah, karena sunnah adalah pemberi
keterangan Al-Qur'an dan penjelas baginya. Allah berfirman,
“Dan Kami turunkan kepadamu
Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” (QS. An-Nahl: 44).
Dan karena inilah Rasulullah
bersabda,
Ketahuilah aku telah diberi
Al-Qur'an dan yang semisalnya (yaitu As-Sunnah) bersamanya. [6]
Dan jika kita tidak menjumpai tafsir
dalam Al-Qur'an dan sunnah, maka kita merujuk kepada perkataan para sahabat.
Karena mereka lebih tahu tentang tafsir dengan apa-apa yang mereka persaksikan
dari Al-Qur'an dan keadaan-keadaan khusus bagi mereka. Juga apa yang dimiliki
mereka dari pemahaman yang sempurna, ilmu yang shahih dan amal yang shahih.
Dan jika kita tidak mendapatkan
tafsir dalam Al-Qur'an dan tidak juga dalam As-Sunnah dan tidak juga dari
perkataan para sahabat, maka banyak para imam yang merujuk kepada perkataan
tabi'in seperti Mujahid bin Jabr, Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Atho' bin Abi
Robah, Al-Hasan Al-Bashri, Masruq bin Al-Ajda', Sa'in bin Al-Musayyib, Abul
'Aliyah, Robi' bin Anas, Qotadah, Adh-Dhohak bin Muzaahim dan yang selain
mereka dari tabi'in.
Hukum Tafsir bil Ma'tsur.
Ahli tafsir yang paling tepat mencapai kebenaran adalah yang
paling jelas hujjahnya terhadap sesuatu yang dia tafsirkan dengan dikembalikan
tafsirnya kepada Rasulullah dengan khabar-khabar yang tsabit dari beliau dan
tidak keluar dari perkataan salaf.[7]
Tafsir bil ma'tsur adalah yang wajib diikuti
dan diambil. Karena terjaga dari penyelewengan makna kitabullah. Berkata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
Dan kita mengetahui bahwa Al-Qur'an telah
dibaca oleh para sahabat, tabi'in dan orang-rang yang mengikuti mereka. Dan
bahwa mereka paling tahu tentang kebenaran yang dibebankan Allah kepada
Rasulullah untuk menyampaikannya.[8]
Tafsir bir Ro'yiadalah tafsir yang berlandaskan pemahaman
pribadi penafsir, dan istimbatnya dengan akal semata. Tafsir
ini banyak dilakukan oleh ahli bid'ah yang meyakini pemikiran tertentu kemudian
membawa lafadz-lafadz Al-Qur'an kepada pemikiran mereka tanpa ada pendahulu
dari kalangan sahabat maupun tabi'in. Tidak dinukil dari para imam ataupun
pendapat merek dan tidak pula dari tafsir mereka. Seperti
kelompok Mu'tazilah yang banyak menulis tafsir berlandaskan pokok-pokok
pemikiran mereka yang sesat, seperti Tafsir Abdurrohman bin Kaisan, Tafsir Abu
'Ali Al-Juba'i, Tafsir Al-Kabir oleh Abdul Sabban dan Al-Kasysyaf yang ditulis
oleh Zamakhsari.
Adapun menafsirkan Al-Qur'an dengan akal
semata, maka hukumnya adalah harom. Sebagaimana firman Allah,
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (QS.Al Isra:36)
Rasulullah bersabda : Barangsiapa yang
berkata tentang Al-Qur'an dengan akalnya semata, maka hendaknya mengambil
tempat duduknya di neraka.Karena inilah, banyak ulama salaf yang merasa berat
menafsirkan suatu ayat Al-Qur'an tanpa ilmu. [9]