cinta ini, membunuhku ...

-->“Cinta ini membunuhku…” ~pas nge trend nya d' massive phind.fallin~ 



"Cinta ini... membunuhkuu ..." PERFECT! Setelah ku berusaha mengganti battery A3 di MP3 mungilku, akhirnya aku bisa menikmati masa2 bosanku dengan mendengarkan alunan musik ini. Hal ini akan membantuku bertahan di ruangan kelas nan sepi ini selama 2-3 jam. Setidaknya bisa menjadi kawan dalam kesunyianku. Jari jemariku yang lentik sangat lincah memencat tombol Nokia 3120 ku. Mengirim pesan2 singkat nan bermakna tuk seseorang di sebrang sana. Pangeran Sabrang Lor. Hmm, 

Pas sekali! Itu karena asrama putra terletak disebelah utara, sedangkan asrama putri terletak disebelah selatan. Sehingga sudah terbiasa bagi kami untuk menggunakan julukan itu. Pangeran Sabrang Lor sangat akrab sekali di asrama putri, sedangkan Nyi Roro Kidul sangat akrab di asrama putra. Nama2 itu sudah menyebar ke seluruh asrama. Bagaikan sebotol pewangi yang disemprot ke seluruh ruangan. Partikel2 nya menyebar bagaikan sebuah formasi yang amat rapi.

Braak..!aww..!3120 ku terjatuh dan mendarat dengan tepat di lantai kelas nan putih. Rasa kantuk yang tak tertahankan. Komplit dengan udara dingin dan pasukan nyamuk yang siap menyerang siapapun. Andaikan aku tak membawa barang2 jahat ini, aku tak kan tersiksa seperti mala mini dan malam2 sebelumnya. Tiba2 aku mendengar suara. Srek,srek, “ Fath, coba cek ke kelas pojok!”. 

Suara itu mengagetkanku dari hebatnya rasa kantuk yang ada pada diriku. Nyaris saja aku tertidur, jika aku tak mendengar suara itu. Coba saja aku sudah terlelap, pasti kali ini aku akan tertangkap basah bagian keamanan. Dan sudah bisa dipastikan MP3 dan HP ini akan jatuh ke tangan mereka. Kemudian diserahken ke bagian kesantrian, lalu siding akan digelar, dan surat pemberitahuan kepada orang tua pun akan segera dilayangkan. Lalu aku pun akan mendapat hukuman, dan tak lupa pula aku harus menerima prestasi C2 karena melanggar 2 peraturan sekaligus. Membawa barang elektronik, dan berinteraksi dengan lawan jenis. PERFECT! 

Kulepas segrera charger yang menggantung di stop kontak dinding kelasku, lalu, kusegera melepas alas kaki ku dan berlari ke lemari kelas dipojok belakang. Itulah final destination ku untuk menyembunyikan diri dari patroli keamanan malam ini. Tepat setelah beberapa second setelah aku menyembunyikan diriku, pintu kelas itu trebuka dan, sreek..ckleek..!suara daun pintu yang terbuka serta saklar lampu yang dinyalakan.

Zeb! sekelebat bayangan kerudung itu pin menengok kanan kiri, atas bawah ruangan kelas, serta memeriksa seluruh laci, serta kolong. Untung saja mereka tak berinisiatif untuk membuka lemari ini. Uh, mati sudah dirikuw! “Shab, beres! Ucap fathi kepada shabrina”. Klik! Saklar lampu itu dimatikan lalu. Kreeek! Daun pintu itupun tertutup, menyisakan suara langkah kaki yang menuruni tangga. Huuft! Kucoba mengatur nafasku yang tak beraturan. Berusaha bersyukur walaupun terlihat tabu. Bersyukur karena selamat dari kema’rufan. Sungguh! Amat tabu sekali terdengarnya. 

Kulirik arloji tanganku yang mungil pemberian paman ku yang tanpa angka serta berwarna hijau berlapis putih itu. Tampak sedikit bekas goresan yang membekas karena goresan aspal. Mengingatkanku akan kejadian 4 bulan silam peristiwa kecelakaan tunggalku bersama seorang sahabatku. Sehingga jika aku melihat jam itu, serasa aku ingat akan kebersamaan kita dahulu. Tepat pukul 2 dini hari.

Segera kutancap lagi charger ke stop kontak itu. Kali ini aku akan memutuskan untuk tidur saja. Bagaimanapun keadaan kali ini sedikit lebih aman daripada jam2 sebelum para bagian kleamanan berpatroli. Meringkus para kriminalis2 hingga habis. Kujajar 4 kusi sekolah dengan rapi,. Huft… kubaringkan badanku yang sudah sangat lelah. Seharian berkutat dengan padatnya jadwal asrama. Tak sampai 5 menit pun aku sudah merasakan alam mimpiku. Sementara head set masih terpasang di telingaku. Sempat kudengar lagu terakhir. “Sorry, I cant be perfect…” *to my parents about my naughtiness.

Tidak ada komentar on "cinta ini, membunuhku ...

Leave a Reply

Blogroll