Senin, 20 Juni 2011
isy karima |
Kini aku berada di ketinggiann 2000an mdpl. lereng Lawu tepatnya. Kuhirup nafas panjang2, kemudian kuhembuskan lagi. Berharap, di awal ini aku tlah merefresh fikiranku yang sejak kemaren terasa jenuh. Tidak terlalu sulit bagiku tuk beradaptasi , karena domisili ku terletak di dataran tinggi juga. Hanya beda posisi. Jika ku berada di kaki Sumbing, namun kini ku tlah mengepakkan sayapku hingga Lereng Lawu.
Kupandangi alam sekitarku. Hamparan sawah dan perkebunan nan hijau dengan goresan biru di tengahnya. Sungai nan jernih terlibat dalam lukisan alam kali ini. Ditambah dengan pancaran sang mentari serta hembusan angin sepoi nan segar. Menusuk relung2 jiwaku. Lantunann ayat2 qur’an yang sayup2 terdengar dari segala penjuru menandakan bahwa ingkungan ini sangatlah kondusif untuk seseorang yang menambatkan hatinya tuk berkawan dengan al-qur’an.
Negeri Dua Menara. Mengapa aku sebut dengan Negeri Dua Menara? Karena bangunan utama dan yang paling utama adalah sebuah masjid dua lantai yang berukuran cukup besar . yang tak kalah pentingnya lagi adalah terdapat dua menara putih nan indah. Menandakan bahwasanya kami disini dengan semangat juang yang tinggi ingin menegakkan kalimatullah yang ‘ulya. Menara yang bisa terlihat dari jarak 3km lebih itupun berdiri tegak. Bukannya sombong, namun mereka seakan2 mengajak kita untuk melihat lebih dekat tentang bagaimana indahnya jika negeri ini dihuni banyak penduduk yang ingin berkawan dengan al qur’an.
Awal mula ku menginjakkan kaki ku di Negreri Dua Menara ini aku tak sanggup menahan perasaanku. Perasaan bahagia karena akuu telah mencapai separuh dari tujuannku, dan juga perasaan sedih karena tak lama lagi aku kan berpisah lagi dengan teman2 maupun keluargaku. Namun, bagiku tak mengapa. Metamorphoself telah dimulai. [innallaha laa yughoyiru maa ...].
Satu persatu kujabat erat tangan2 akhwat bercadar itu. Walaupun ku tak bisa melihat senyuman mereka karena mahjub, namun aku bisa melihat tatapan matanya yang sangat indah, dan hangatnya suasana ketika mereka menyambut kedatanganku. Tak ada kata mahasiswa baru atau apalah. Mereka menganggap kita sama dengan mereka. Tak ada penindasan para senior yang nampak seperti film2 di tivi. tak ada perbedaan status, tak ada lagi yang namanya diskriminasi. Kita semua sama, satu tujuan dalam tafaqquh fied dien dan ihya’i kalimatillah hiyal ulya ...
Maka... semua ini kuawali dengan bismillah ................semoga berhasil !!
Tidak ada komentar on "Negeri Dua Menara