kau adalah cintaku yang ke-4

06 November 2011 jam 1:29

vinda & ...
  • Pagi ini aqad nikah segera dimulai. Segala bentuk seserahan sudah disiapkan dari pihak keluarga ikhwan, hanya tinggal menunggu seorang penghulu untuk mengesahkan mitsaqan ghalidza ini, secara resmi. Abdullah, Seorang pemuda paruh baya, mahasiswa sebuah PTN Fakultas Ilmu Agama Islam. Sementara seorang yang berada dibalik hijab itu adalah mahasiswi PTN yang sama namun dari fakultas yang berbeda. Aisyah namanya. Disela-sela waktu enunggu sang penghulu tiba, Sang pemuda itu mencoba untuk mengatakan sesuatu kepada calon istrinya yang ada dibalik kain hijab itu. Padahal, tak seorang pun menyangka ia akan mengatakan hal itu kepada calon istrinya .

  • Yaa Aisyah, izinkanlah saya untuk mengatakan suatu hal, tapi saya takut kau tak siap mendengar hal itu. Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Bukan maksud saya tak serius dengan perjanjian ini, bukan berarti saya main-main dengan sebuah acara yang sangat sakral ini, tapi ... seakan nafas tercekat di tenggorokan. Tapi.... sekali lagi saya minta maaf jika ada kata yang tak berkenan dihati. Aisyah, maaf ...maukah anti saya jadikan sebagai cinta saya yang ke-4??? Maaf, Maafkan saya. Terpaksa saya jadikan anti sebagai cinta ke -4 saya ...

  • Tessss ... hati ini menjerit perih, namun berusaha netral. Aisyah harap ini mimpi, yang mana dalam sekian waktu ia akan terjaga lalu ia terbebas dari jeratan mimpinya. Akan tetapi ini tidak, rasanya hati ini remuk redam, seorang yang ia yakini mampu menjadi imamnya ternyata dibalik semua itu ia harus rela jika cintanya dibagi. Ohh, sungguh, air mata ini ingin segera tumpah. Yaa Rabb, kuatkan aku. Jika aku iyakan, itu artinya aku relakan cinta suamiku terbagi, namun jika tidak. Arrghh... kenapa mas Abdullah tidak mengatakannya sedari awal saja. Tenggorkan ini rasanya tercekat, tak mampuu lagi mengeluarkan kata-kata. Yang ada hanyalah rasa penyesalann kenapa ia menerima Abdullah begitu saja tanpa bertanya tentang ini, itu.Andai saja kalimat ini terucap beberapa hari yang lalu, pasti ia sudah menimbang-nimbang untuk meneruskan prosesnya dengan ikhwan tadi. Namun dengan menguatkan segenap kekuatan, akhirnya ia beranikan untuk mengucapkan kalimat itu, walau tak sempurna. Sa..sa.. Saya merasa keberatan!

  • Semua pihak keluarga terdiam, tak ada satu pun yang berkomentar. Mereka tak menyangka bahwa Abdullah akan mengatakan kata-kata yang tadi. Semuanya tercengang. Benarkah perkataan yang Abdullah katakan???

  • Bismillah, suara lantang itu keluar dari pemuda pemberani itu. Aisyah, saya jadikan anti cinta yang ke-4. Alasannya, yang pertama, saya lebih mencintai Allah dan RasulNya daripada mencintaimu. Kedua, saya lebih cinta jihad fie sabilillah daripada mencintaimu. Ketiga, saya lebih mencintai ayah dan ibu saya daripada mencintaimu. Lalu yang keempat, dan itu yang terakhir, saya baru bisa mencintai istri saya Aisyah.

  • Subhanallaaaahh ... bibir kecil Aisyah mengucap kalimat tasbih. Dalam hati ia sangat bangga memiliki suami yang menjadikan istrinya sebagai cinta keempat. Ia bangga memiliki suami yang sangat faham dengan ulumud dien itu. Ia bangga memiliki seorang suami yang pasti bisa menuntunnya di dalam bahtera rumah tangga yang akan ia lalui. Ia sangat bangga, hingga berkaca-kaca, mengeluarkan kristal-kristal bening dari sudut bola matanya.

  • Tak selang beberapa waktu, datanglah sang penghulu. Terlantunkan sudah alunan-alunan kata sakral yang disebut sebagai Mitsaqan Ghalidza itu dari seorang pemuda pemberani itu. Qabiltu nikahaha, Aisyah binti Aziz bimahrin madzkur. Hallan. saahhh??? saaahh???

  • Diraihlah tangan sang suami lalu ia cium dengan penuh khidmat. Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama'a bainakma fii khoiirr ...:D :D
*cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada persamaan nama ataupun kisah pribadi yang serupa tak lain tak bukan karena DISENGAJA. heheheheheh :D:D

Tidak ada komentar on "kau adalah cintaku yang ke-4

Leave a Reply

Blogroll