Temanggung, pertengahan Juli, 2010
- Paghi itu aku merasakan sejuknya angin
pegunungan yang masuk lewat jendela rumahku. Akupun segera bangkit dari
tidurku lalu aku pun bergegas mengambil air wudhu. Suasana dingin itu
masih terus merasuki persendian tulangku. Ku ambil mukena lalu ku gelar
sajadah hijau ku, tampak lubang kecil di atas tempat sujud itu, akibat
korban arang yang jatuh dari setrikaan. Huuft..kembali ku teringat dengan
memori2 masa lalu. Beberapa sekon kemudian aku sgera terlarut dalam ke
khusyu’an bercinta dengan Ar-Rahman. Melantunkan ayat demi ayat yang
pernah kuhafal dari alQuran. Dua, empat, enam, hingga delapan rakaat tlah
ku selesaikan sudah, kupanjatkan senandung do’a yang telah aku susun
sebelumnya. Rasanya ingin sekali aku tertawa jika ku ingat beberapa waktu
silam, ketika ku tak jua bangun saat ada pen-dauran oleh bagian keamanan.
Yang ada hanya merapatkan selimut lalu membelakangi sang pen- daur. Lalu
melanjutkan tidur, dan bangun ketika adzan berkumandang.
- Haahh..masa2 itu memang sangat menyesalkan,
ketika kita mengabaikan sederet peraturan yang sudah ditetapkan oleh sang
komandan.akhirnya buku muhasabah pun terpaksa kosong dalam kolom tahajjud.
Dan selalu saja nyengir saat sang murobbi menanyakan alas an kenapa kita
tak jua ada peningkatan, saat dibuka kolom dhuha, kosong pula! Aduuh,,
kemana saja diri kita??
- Saat2 ini baru aku menyadari betapa senangnya
hidup di dalam naungan pesantren. Karena disamping lingkungan yang sangat
mendukung, teman2 pun banyak, hngga kita tak malas untuk melakuka sederet
aktifitas yang membangun dalam ke relijian. Beda sekali dengan suasana
sekarang. Kini aku pun menjadi seorang ghuroba’ yang berada di tanah
kelahiran sendiri. Bukan ghuroba’ karna aku tak mengenali mereka, bukan,
sekali lagi bukan! Tapi aku merasa terasing dengan prinsip islam yang
kupegang. Bagaimana tidak? Dari sekian banyak penduduk desa ku yang
mayoritas memeluk agama hanif ini hanya segelintir saja yang memakai
pakaian syar’I ini, bukan bermaksud aku riya’ atau apalah itu! Mungkin,
hanya diriku yang berpakaian seperti ini. Hanya diriku yang berpaham
seperti ini, tak ada kawan, tak ada rekan, dan tak ada dukungan. Ya allah…
kuatkan hatiku ini...
- Mungkin alasan itu yang aku ambil mengapa aku
memutuskan untuk tugas dirumah saja. Karena aku ingin sekali merubah
keadaan mereka, ingin sekali mengajak mereka merasakan indahnya hidup
dibawah naungan agama yang hanif ini, bukan agama yang untuk mengisi
identitas di KTP saja, agama yang benar2 bisa mengtaur segala kehidupan
manusia dengan keindahan syari’at2 nya. Huuft… ssah sekali rasanya!namun aku
teringat akan suatu nasehat dari seorang yang benar2 aku kenal, bahwa,
kita harus senantiasa semangat dalam melakukan segala hal!kita harus
menguatkan azzam yang ada pada hati kita, bahwa kita itu adalah pemuda
yang akan merubah dunia, menggantikan para pemuka. “ Inna fie yaddi
syabbani amron ummati ”. aku akan selalu ingat itu.akan aku tanamkan jiwa2
pahlawan para salafuh shalih zaman dahulu, yang memiliki semangat juang
tinggi untuk menegakkan kalimatullah. Aku juga tak ingin menjadi sebatang
benalu yang parasit, yang tak bermanfaat bagi pohonnya. Kau tak ingin
kedua orang tuaku sia2 membiayaiku sekolah hingga tinggi, oh bukan, maksud
ku bukan tinggi seperti para mahasiswi2 yang duduk menghadap rector di
sebuah perguruan tinggi, namun aku sekolah di suatu lembaga yang amat
tinggi, tinggi nilai akhlaqnya, tinggi nilai jihadnya, tinggi aqidahnya,
dan tinggi akanilmu dien nya, serta tinggi dalam mengemban risalatul
anbiya’!dan aku akan selalu bangga karna telah mengantongi almamater
darinya.alhamdulillah ala kulli hall. ###
- Aku tersadar dari senandung do’aku yang
panjang, serta lamunanku akan masa lalu. Segera ku bangkit lalu memulai
witirku. Al –ghassiyyah,al- a’la, dan diakhiri rakaat terakhir dengan
al-kafiruun. Selesai sudah ritualku malam ini.kuambil mushaf yang setia
menemaniku sejak aku duduk di bangku SLTP. Aku berusaha mengingat ayat
demi ayat yang tlah kuhafal. muroja’ah tepatnya. Cita-cita tertinggi umat
muslim adalah hafid, dan syahid. Ingin sekaliaku mencapainya. Tapi kapan
ya? Hehehe…:D jadi lupa kalau tadia ku bercerita tentang sebuah azzam. ###
to be continued
apik
BalasHapus